Spiga

SKDK Dimensi3 2

KOMPETENSI DASAR : 1. Menghitung luas permukaan bangun ruang
2. Menerapkan konsep volum bangun ruang
INDIKATOR : 1. Menghitung luas permukaan bangun ruang.
2. Menghitung volum bangun ruang.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menghitung luas permukaan bangun ruang.
2. Siswa dapat menghitung volum bangun ruang.
II. MATERI AJAR
- Luas permukaan bangun ruang
- Volum bangun ruang
III. METODE PEMBELAJARAN
- Ceramah
- Latihan
- Tanya Jawab
- Pengamatan
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Awal
- Menjelaskan kembali macam-macam bangun ruang dan jaring-jaringnya.
b. Kegiatan Inti
- Menjelaskan rumus luas permukaan bangun ruang.
- menjelaskan rumus volum bangun ruang.
c. Kegiatan Akhir
- Membuat kesimpulan
- Latihan soal
V. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
- Modul geometri dimensi tiga
VI. PENILAIAN
1. Tes Tertulis
2. Pengamatan

SKDK Dimensi 3

STANDAR KOMPETENSI : Menentukan kedudukan jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam ruang dimensi tiga.
KOMPETENSI DASAR : Mengidentifikasi bangun ruang dan unsur-unsurnya.
INDIKATOR : 1. Mengenal bentuk dan nama bangun ruang.
2. Memahami unsur-unsur bangun ruang.
3. Menentukan jaring-jaring bangun ruang.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat mengenal bentuk dan nama bangun ruang.
2. Siswa dapat memahami unsur-unsur bangun ruang.
3. Siswa dapat menentukan jaring-jaring bangun ruang.
II. MATERI AJAR
- Macam-macam bangun ruang
- Unsur-unsur bangun ruang
- Jaring-jaring bangun ruang
III. METODE PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Awal
- Menyebutkan benda-benda di sekitar yang berdimensi tiga.
b. Kegiatan Inti
- Menyebutkan macam-macam bangun geometri dimensi tiga.
- Menyebutkan unsur-unsur bangun ruang.
- Memberi pemahaman tentang jaring-jaring bangun ruang.
c. Kegiatan Akhir
- Membuat kesimpulan
- Mengerjakan latihan
IV. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
- Modul Geometri Dimensi Tiga
- Referensi yang relevan
V. PENILAIAN
- Tes lisan
- Tes tertulis
- Pengamatan

SKDK Dimensi II

KOMPETENSI DASAR : Menentukan keliling bangun datar dan luas daerah bangun datar.
INDIKATOR : 1. Suatu bangun datar dihitung kelilingnya.
2. Daerah suatu bangun datar dihitung luasnya.
3. Bangun datar tak beraturan.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Siswa dapat menghitung keliling bangun datar.
2. Siswa dapat menghitung luas bangun datar.
3. Siswa dapat menghitung luas bangun datar tak beraturan.
II. MATERI AJAR



III. METODE PEMBELAJARAN
- Ceramah
- Tanya jawab
- Penilaian
IV. LANGKAH PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Awal
- Memberikan pengertian dasar tentang bangun datar.
B. Kegiatan Inti
- Menghitung keliling dan luar bidang datar sesuai dengan aslinya.
- Perhitungan keliling segitiga, segi empat dan lingkaran.
- Perhitungan luas segitiga, segi empat dan lingkaran.
- Menjelaskan masalah program keahlian yang berkaitan dengan luas dan keliling bangun datar.
c. Kegiatan Akhir
- Latihan Soal
VI. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
- Modul Geometri Dimensi Dua
- Referensi lain yang relevan
V. PENILAIAN
- kuis
- Tes lisan
- Tes tertulis
- Pengamatan
- Penugasan

SKDK Dimensi Dua

STANDAR KOMPETENSI : Menentukan kedudukan jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi dua.
KOMPETENSI DASAR : Mengidentifikasi sudut.
INDIKATOR : Satuan sudut dalam derajat di konversi kesatuan sudut dalam radian atau sebaliknya sesuai prosedur.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat mengkonversi sudut ke radian atau sebaliknya.
II. MATERI AJAR



III. METODE PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Awal
- Memberikan pengertian dasar tentang sudut
b. Kegiatan Inti
- Mengukur besar suatu sudut
- Menentukan macam-macam satuan sudut
c. Kegiatan Akhir
- Latihan soal
IV. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
- Modul Geometri Dimensi Dua
- Referensi yang relevan
V. PENILAIAN
- Kuis
- Tes lisan
- Tes tertulis
- Pengamatan
- Penugasan

Pustaka

4. Menghasilkan produk/harga dan memamerkannya
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer. (Ibrahim dan Nur, 2000:5-7)
b. Langkah-langkah dalam model pembelajaran berbasis masalah
John Dewey dalam bukunya Now We Think, 1910(Widdiharto, 2006:10), menyebutkan lima langkah dasar untuk pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Menyadari bahwa masalah itu ada
b. Identifikasi masalah
c. Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk penyusunan hipotesis
d. Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin
e. Evaluasi terhadap solusi dan penyusunan kesimpulan berdasarkan bukti yang ada

Sementara itu terkait dengan pembelajaran matematika, Arends (Asikin, 2006:24-25) menyebutkan langkah-langkah dan peran guru-siswa pada pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1. Orientasi siswa pada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktifitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

c. Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah

Rancangan2

A. Tahap Enaktif
Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi nyata.
B. Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
C. Tahap Simbolik
Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol verbal (misalkan huruf-huruf, kata-kata atau kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika maupun lambang-lambang abstrak lainnya (Hidayat,2004:9).
Suatu proses belajar akan berlangsung secara optimal jika pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini dirasa cukup, peserta didik beralih ke tahap belajar yang kedua, yaitu tahap belajar melalui bayangan visual, gambar/diagram yang kemudian dilanjutkan dengan tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi simbolik.
2. Pembelajaran Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti "relating to learning". Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa yaitu mathanein yang mengandung arti belajar atau berpikir (Suherman, 2003:15-16). Oleh karena itu matematika juga erat hubungannya dengan pembelajaran.
Suyitno(2004) menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim atau pelayaran terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan peserta didik.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dan sekolah mempunyai fungsi dan tujuan. Adapun fungsi matematika itu adalah sebagai berikut.
A. Mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan geometri.
B. Mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram dan tabel.
Tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.
A. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan misalnya kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
B. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi atau dugaan serta mencoba-coba.
C. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
D. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Rancangan

I. Judul = KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SEMARANG PADA MATERI POKOK PERBANDINGAN SENILAI
II. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran sentral dalam mengantisipasi perubahan dalam berbagai bidang. Pendidikan tidak hanya menggambarkan fakta dan konsep tetapi juga harus memperhatikan terjadinya pembelajaran sehingga peserta didik siap untuk memecahkan problem kehidupan yang dihadapi. Sehingga diharapkan dapat mengilhami untuk menghadapi problematika kehidupan nyata.
Sudarman menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah mereka pintar teoritis tetapi mereka miskin aplikasi. Dengan kata lain, pendidikan tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan pemecahan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif.
Dwi Lasati mengatakan bahwa konstruktivisme berasumsi bahwa siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas kemudian siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya dan pemahaman tersebut diperoleh dari pengalaman belajar yang bermakna.
Alfred North White Head mengatakan bahwa dalam melatih seorang anak menggunakan pikirannya biarkan gagasan-gagasan utama yang diperkenalkan kepada anak sedikit saja, tetapi penting dan biarkan gagasan-gagasan tersebut digabungkan menjadi beragam kombinasi yang mungkin. Si anak harus menjadikan gagasan-gagasan itu miliknya sendiri dan harus paham bagaimana menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pendekatan Konstruktivisme menekankan pada pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang sudah mereka ketahui dengan cara mengkonstruksi sedikit demi sedikit yang kemudian diarahkan kepada permasalahan yang sedang dihadapi.
Tokoh Cholik Mutahir (Abbas;2000:2) menyatakan bahwa saat ini pola pengajaran terlalu banyak didominasi oleh guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak didik. Pola pengajaran seperti itu harus diubah dengan cara menuntun dan menggiring anak didik mencari ilmunya sendiri. Jadi peran guru di sini hanya sebagai fasilitator, sedangkan anak didik harus menemukan konsep-konsep secara mandiri.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang timbul adalah sejauh mana keefektifan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI 7 SEMARANG pada materi pokok perbandingan senilai.
IV. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut.
A. Bagi siswa
1. Mampu mengembangkan kecakapan hidup siswa, kecakapan berfikir, kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerjasama.
2. Belajar dengan suasana yang menyenangkan.
B. Bagi guru
1. Berkesempatan menerapkan model pembelajaran yang dikembangkan.
2. Berkesempatan melakukan modeling, sehingga tidak mengalami kesulitan saat mengimplementasikan.
V. Tinjauan Pustaka
1. Teori Belajar
Menurut Abu Ahmadi (1986:2):" Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah lalu yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989:5)
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta berubahnya aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Menurut J. Bruner (dalam Hidayat 2004:8) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan itu dipelajari dalam tahap-tahap sebagai berikut.

Lanjutan 4

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Ketrampilan proses dalam pembelajaran siklus I dan siklus II berturut-turut 75,75% dan 81,66%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan pada ketrampilan proses dalam pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa pada nilai rata-rata siklus I dan siklus II berturut-turut 67,3 dan 70,0 serta Ketuntasan klasikal siklus I dan siklus II berturut-turut 70,27% dan 91,89%. Hal tersebut menunjukkan tercapainya peningkatan pada hasil belajar.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti menyarankan pada penyampaian materi volum bangun ruang hendaknya menggunakan alat peraga karena sifatnya yang abstrak sehingga dengan alat serbia penyampaian konsep-konsepnya lebih mudah dipahami siswa. Untuk ketrampilan proses berfikir siswa hendaknya menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching (pembelajaran berbalik) atau semacamnya seperti model tutor sebaya sehingga dapat melatih siswa belajar mandiri serta proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

Lanjutan 3

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Siklus I
1. Pengamatan Guru
masih terfokus siswa aktif dan masih ada kelompok pasif.
2. Pengamatan Siswa
Hasil pengamatan merangkum 82,16%, presentasi 62,7%, dan kerja kelompok 82,4% diperoleh rata-rata ketrampilan proses siswa 75,75%.
3. Hasil Penelitian
Nilai rata-rata tugas individu 74,32. Nilai tugas kelompok 70,625 dan tes akhir siklus 67,30 dengan Ketuntasan 100% pada tugas individu dan tugas kelompok, sedangkan tes akhir siklus 70,27%.
4. Refleksi
a. Dalam merangkum 13,5% tidak membuat simpulan yaitu 5 siswa dari 37 siswa.
b. Dalam mengkuti kegiatan pembelajaran Reciprocal Teaching 33 dari 37 siswa aktif.
c. Keaktifan siswa secara umum sudah baik.
d. Ketuntasan kelas 70,27%.
Siklus II
1. Pengamatan Guru
Kegiatan pembelajaran berlangsung sudah baik dengan nilai A.
2. Pengamatan Siswa
Hasil pengamatan merangkum 91,89%, presentasi 63,24% dan kerja kelompok 89,86% diperoleh rata-rata ketrampilan proses siswa yaitu 81,66%.
3. Hasil Penelitian
Nilai rata-rata tugas individu 79,05, nilai tugas kelompok 75,25 dan tes akhir siklus 70,00 dengan Ketuntasan 100% pada tugas individu dan tugas kelompok, sedangkan tes akhir siklus 91,89.
4. Hasil Angket
Hasil angket siswa menunjukkan pembelajaran berbalik membuat siswa lebih mandiri. Materi lebih mudah dipahami, dan suasana lebih menyenangkan.
B. Pembahasan
Ketrampilan siswa dalam tugas merangkum, presentasi, dan kerja kelompok dari siklus I ke siklus II meningkat 5,91%. Hal ini berarti indikator ketrampilan proses siswa secara klasikal tercapai.
Nilai rata-rata tugas individu, tugas kelompok dan nilai akhir siklus meningkat. Sesuai indikator peneliti yaitu nilai rata-rata kelas lebih dari atau sama dengan 60 dan Ketuntasan klasikal tes akhir siklus minimal 75% dari jumlah siswa, maka indikator tercapai.
Secara keseluruhan dari hasil angket menunjukkan siswa lebih mandiri dan semangat dalam belajar dan tidak membosankan.
Pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga dalam metode pembelajaran berbalik memiliki keuntungan yaitu:
a. Menanamkan rasa tanggung jawab
b. Menumbuhkan rasa menghargai orang lain
c. Meningkatkan keaktifan siswa dan guru
d. Menanamkan minat dan motivasi siswa
e. Menanamkan sikap belajar mandiri
Dari hasil penelitian secara keseluruhan dapat diartikan bahwa pemanfaatan alat peraga bangun ruang dengan metode Reciprocal Teaching pada materi volum bangun ruang pada kelas VIII D SMP Negeri 9 Salatiga tahun pelajaran 2006/2007 dipandang berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.

Lanjutan 2

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP 9 Salatiga pada tahun pelajaran 2006/2007, dengan alamat di Jalan Pemuda no 79 Salatiga.
B. Subyek Penelitian
1. Siswa
2. Guru
C. Faktor yang Diteliti
1. Faktor Siswa
2. Faktor Guru
D. Waktu Pelaksanaan
1. PTK dilaksanakan tanggal 28 Februari-15 Maret 2007
2. Persiapan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2006
3. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2006/2007
E. Prosedur Kerja Penelitian
Siklus I
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Pengamatan
4. Refleksi
Siklus II
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pengamatan
4. Refleksi
F. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya
1. Data yang dikumpulkan
a. Data nilai siswa secara kelompok dan individual
b. Data pengamatan ketrampilan proses siswa
c. Data observasi guru
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Data nilai diperoleh langsung dari tugas dan tes akhir siklus
b. Data tentang situasi belajar mengajar diperoleh saat dilaksanakan tindakan, dan diambil dengan menggunakan lembar pengamatan siswa
c. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan diperoleh dari rencana pembelajaran dan lembar pengamatan
G. Indikator Keberhasilan
1. Ketrampilan siswa secara klasikal dalam hal merangkum, presentasi, kerja kelompok mencapai rata-rata 80% atau lebih.
2. Ketuntasan klasikal tes akhir siklus minimal 75% dari jumlah siswa.
3. Nilai rata-rata kelas tes akhir siklus lebih dari atau sama dengan 60.

Lanjutan

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Teori Belajar
Teori Piaget menjelaskan bahwa kemampuan intelektual manusia terjadi karena beberapa faktor yaitu:
a. Kematangan
b. Pengalaman logika-matematika
c. Transmisi sosial
d. Penyeimbangan
Pemanfaatan teori Piaget.
a. Memusatkan pada proses berfikir atau proses mental
b. Mengutamakan siswa terlibat secara aktif
c. Memaklumi perbedaan individu
Tahap proses belajar menurut Bruner sebagai berikut.
a. Tahap enaktif
b. Tahap ikonik
c. Tahap simbolik
2. Pembelajaran
Gagne dan Briggs (1979) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dsb) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pebelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.
3. Mengajar
Joyce, Weil dan Showers (1992) menyatakan bahwa mengajar (teaching) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar.
4. Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)
Menurut Paulina Pannen (2000:1 dalam Amin Suyitno) melalui pembelajaran diharapkan siswa mengembangkan kemauan belajar mandiri, siswa memiliki pengetahuan untuk mengembangkan kemauan belajar mandiri, siswa memiliki pengetahuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri, dan guru cukup berperan sebagai fasilitator, mediator dan manager dari proses pembelajaran.
5. Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut.
a. Melatih siswa untuk berpikir, bernalar, kritis, logis, sistematis dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan
b. Mampu menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari
6. Alat Peraga
Dengan alat peraga maka :
a. Proses belajar mengajar termotivasi.
b. Konsep matematika akan tersajikan dalam bentuk konkret.
c. Hubungan konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih mudah dipahami.
7. Penilaian Kelas pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Aspek penilaian matematika sebagai berikut.
a. Pemahaman Konsep
b. Penalaran dan Komunikasi
c. Pemecahan Masalah
8. Materi Volum Bangun Ruang
a. Volum kubus
b. Volum balok
c. Volum prisma
d. Volum limas
B. Kerangka Berpikir
1. Matematika berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Matematika memiliki obyek abstrak maka perlu alat serbia.
3. Pembelajaran Reciprocal Teaching dapat melatih anak belajar mandiri.
C. Hipotesis Tindakan
"Melalui pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) yang menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dapat meningkatkan ketrampilan proses dan hasil belajar matematika materi pokok bangun ruang pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 9 Salatiga tahun pelajaran 2006/2007".

Pemanfaatan Alat Peraga dalam Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang pada Siswa Kelas VII D SMPN 9 Salatiga Tahun Pelajaran 2006/2007

Rohana Dewi, 4101906124, Pend. Mat, Mat.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai pelajaran yang mempunyai obyek abstrak, tentu saja sangat sulit dicerna siswa terutama anak-anak usia SD atau SMP. Salah satu cara untuk mengembangkan cara berfikir dan bernalar siswa adalah menyediakan alat peraga. Dengan alat peraga diharapkan konsep matematika lebih mudah dipahami, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar.
Identifikasi masalah.
1. Nilai murni ulangan matematika pada semester gasal dengan rata-rata kurang dari 5,5.
2. Guru-guru belum menggunakan model-model pembelajaran maupun alat peraga secara maksimal.
3. Hasil ulangan tahun lalu 75% siswa belum tuntas.
Alasan mengadakan penelitian dengan pembelajaran Reciprocal Teaching.
1. Materi bangun ruang sudah diberikan di SD.
2. Alat peraga yang digunakan sudah sering dijumpai siswa.
3. Model ini sangat cocok untuk memotivasi siswa belajar mandiri.
B. Permasalahan
Apakah pemanfaatan alat peraga bangun ruang dengan metode Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar dan ketrampilan siswa dalam pembelajaran.
C. Cara Pemecahan Masalah
Alat peraga yang digunakan adalah model bangun ruang yang terbuat kertas karton, maupun fiberglas. Agar pemahaman siswa terhadap konsep bangun ruang mudah diserap dan bermakna.
D. Penegasan Istilah
1. Pemanfaatan
2. Alat Peraga
3. Pembelajaran Reciprocal Teaching
4. Meningkatkan
5. Hasil Belajar
6. Materi Pokok Bangun Ruang
D. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui model reciprocal teaching dan alat peraga.
2. Meningkatkan ketrampilan siswa dalam pembelajaran dalam hal merangkum, presentasi dan kerjasama kelompok.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar matematika
b. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar mandiri terhadap pelajaran matematika
c. Meningkatkan daya abstraksi siswa
d. Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa
2. Bagi guru
a. Memberi masukan perlunya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika
b. Menambah wawasan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan prestasi sekolah, khususnya matematika
b. Memberi informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya alat peraga
G. Sistematika Penulisan
1. Bagian awal meliputi halaman judul, abstrak, pengesahan, motto, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran
2. Bagian kedua meliputi Pendahuluan, Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan, Metode Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, Penutup
3. Bagian ketiga meliputi Daftar Pustaka dan Lampiran

Make money 2

How to increase money from web, here is the solution,first increase a traffic from your web. So many ways to increase traffic, join the google adwords or the affiliates program. So you can make trafficking other internet user to your web but with some money.

Make Money Online

Make money online from your web with google adsense, widget bucks, adbrite and more. Make money online is a simple way. You can use PTR, PTSU, PTS, and more.